Sabtu, 16 Oktober 2010

Lirik Lagu Linkin Park *NOT ALONE*

I break down, fear is sinking in
The cold comes, racing through my skin
Searching for a way to get to you
Through the storm you...

Go, giving up your home

Go, leaving all you've known
You are not alone

With arms up, stretched into the sky

With eyes like, echoes in the night
Hiding from the hell that you've been through
Silent one, you...

Go, giving up your home

Go, leaving all you've known

You Go, giving up your home

Go, leaving all you've known
You are not alone

*bridge*


You go, giving up your home

Go, leaving all you've known

You Go, giving up your home

Go, you are not alone
You are not alone

You are not alone

You are not alone


Sabtu, 12 Juni 2010

Cerpen Sunset Terakhir

Setiap jam 6 sore,aku dan Luna,sahabatku,akan pergi ke Pantai Losari.Sudah menjadi kebiasaanku bersama Luna.Menyaksikan Sunset bersama-sama sambil Curhat Dari Hati ke Hati.Luna memang Sahabatku sejak aku masih TK.Ia anak yang baik,sederhana,tidak mau menyusahkan orang lain dan penyabar.Tidak heran,banyak temanku yang lain IRI denganku dan Luna.Memang,aku dan Luna sudah seperti Saudara Kembar.Tapi,itu dulu.Sebelum Peristiwa manyakitkan itu terjadi.Ya,Setahun yang Lalu Luna pergi meninggalkan aku selamanya.Karna Penyakit Types Stadium 4 yang sudah lama dideritanya.Namun,aku baru tahu setelah Luna sudah Pergi Meninggalkan aku selamanya.Dulu,Luna mengenalkan aku dengan Widi.Cowok Ganteng dan Tinggi Plus Segudang Prestasi.Akhirnya,benih-benih Cinta mulai tumbuh diantara aku dan Widi.Hubunganku dan Widi,berjalan dengan sngat lancar.Pada saat itu juga,aku mulai bekerja di sebuah perusahaan swasta yang cukup terkenal.Mungkin,karna sudah ada Widi yang menemani aku dan pekerjaan yang menjamin,aku jadi sibuk dan mulai jarang bertemu dengan Luna.Walau begitu,Luna selalu berusaha menghubungi ku dan menghampiriku di Rumah.Aku tau aku memang sangat Egois.Setelah sukses,aku melupakan Luna.Itulah yang sangat aku sesalkan sampai sekarang.Kebiasaan menyaksikan Sunset bersama Luna pun,sudah sangat jarang kami lakukan.HPku berdering.Aku pun mengangkatnya."Halo"sapaku."Halo.Ini Luna"jawab Luna."Ada apa,Luna?","Aku mau ngajak kamu nonton Sunset lagi sebentar.Kamu bisa,kan?Aku Mohon!".Aku sempat terdiam.Karna aku tahu,aku lagi sibuk sekali.Waktu Tidurku pun,sangat sedikit.Apalagi,untuk Nonton Sunset seperti itu.Akhirnya aku menjawab,"Maaf,Lun.Aku nggak bisa.Aku Lagi sibuk.Sudah dulu ya,Bye","hufftt..Baiklah.."Luna terdengar pasrah waktu itu.Ada rasa sesal sedikit waktu itu.Hpku kembali berdering."Halo"sapaku kembali,"Halo,Deb.Ini Widi"jawabnya,"Iya,Wid.Kenapa?","Aku mau ngajak kamu Dinner entar sore di Kafe yg biasa.Kamu harus bisa!Titik!Bye.Aku tunggu!",Mau tidak mau,aku harus menuruti kemauannya.Kadang-kadang,aku merasa Tega.Waktu Luna mengajakku,aku menolaknya.Giliran Widi,aku justru mau walaupun terpaksa.Padahal,Luna lebih tau diriku dari A-Z dan selalu mendampingiku sampai sekarang.Debby,kamu memang Jahat.Waktu menunjukkan jam 5.45 sore.Aku dan Widi sudah selesai Dinner."Mau aku antar,Deb?''tanyanya,"enggak usah,deh."jawabku menggeleng."tapi,kalau kamu tunggu Pak Jojo (Supirku),akan lebih lama"ia berusaha membujukku."Enggak usah,Wid!"nada suaraku mulai meninggi.Namun,tidak lama kemudian,aku merasakan sesuatu yang aneh dan nggak enak.Sepertinya,terjadi sesuatu yang buruk.Aku nggak tau kenapa.Sesaat setelah aku merasakan firasat buruk itu,HPku berdering."Debby,ini aku Luna.Kalau kamu memang nggak berubah,aku harap,sekarang juga,kamu menyempatkan diri kamu menyaksikan Sunset bersamaku.Aku tunggu"Belum sempat aku menjawab,Luna sudah mematikan teleponnya.Akhirnya aku memutuskan untuk menerima tawaran Widi.Tapi,aku meminta dia mengantarku ke Pantai Losari untuk mengikuti keinginan Luna.Setiba di sana,aku melihat seorang Gadis Berambut Sebahu memakai Baju Kaos Hijau dengan Celana Jeans Skinny Hitam sedang duduk termenung menghayati Sunset itu.Memang,ketika aku tiba di Pantai Losari pertama kali,aku merasa Damai dan Sejuk pertama kali melihat Sunset yang sudah tidak pernah aku saksikan lagi semenjak aku sudah bekerja.Aku merasa Sangat Kangen dengan suasana itu.Aku memanggil Luna."Luna!"teriakku.Luna pun berbalik.Namun,bukan wajah Ceria dan Anggun Luna seperti dulu,melainkan,wajah Pucat Pasi dan tiada senyuman yang aku lihat dari wajahnya.Sempat aku heran.Aku pun duduk di samping Luna."huft..Luna,sudah lama aku tidak menyaksikan Sunset ini bareng kamu.."Ujarku memandang setiap sisi Matahari terbenam itu.Luna sempat terdiam."Justru,setiap hari,aku selalu menyempatkan diri untuk kesini.Walaupun,tanpa kamu.Karna aku tau,kamu bukan Debby yang kukenal dulu"Ketika mendengar ucapan Luna,rasanya seluruh tubuhku Lemas.Aku sempat memejamkan mata.Tidak terasa,Air mata mulai mengalir di pipiku.Pantaslah,Luna berkata itu terhadapku.Karna memang,aku sendiri sering memikirkan diriku sebagai ORANG YANG JAHAT terhadap Luna.Aku bukan Sahabt yang Baik buatnya."Maafkan aku,Lun..."ucapku sambil menangis terisak."Gak ada yang perlu dimaafkan,karna,nggak ada yang salah disini.Hanya saja....Kamu sudah Berubah"Lagi-lagi,tangisanku semakin keras.Keadaan sempat hening dan mengharukan.Sempat aku berbalik menatap Luna.Wajahnya semakin PUCAT.Ia seperti habis Membeku di dalam Kulkas.Apalagi matanya yang berkaca-kaca.Aku sempat khawatir.Mengapa Wajah Luna semakin Pucat saja??."Luna,wajah kamu kenapa?"aku memberanikan diri bertanya.Ia hanya diam seribu bahasa.Tiba-tiba,tanpa aku sangka sama sekali,Luna terlihat Lemas dan terjatuh di Pundakku.Kupegang tangannya.Astaga,Tangannya DINGIN SEKALI seperti Es Batu yang membeku.Aku menggoncangkan tubuhnya.Tidak ada reaksi sama sekali.Aku Panik.Akhirnya,aku berteriak minta tolong.Luna pun dibawa di Rumah Sakit.Orangtuanya datang dengan Panik dan Sedih."Tante,Luna kenapa??"tanyaku."kamu tidak tau,Debby??"tanya balik Tante Mutia (Mama Luna).Aku menggelengkan kepala."Luna...."belum sempat Tante Mutia melanjutkan ucapannya,Dokter sudah keluar dengan ngos-ngosan dan berkeringat."Bagaimana,Dok??Apakah Luna masih bisa diselamatkan??"Tanya Tante Mutia dengan beribu tanya.Dokter itu memandangi aku,Tante dan Om (Papa Luna).Lalu,sempat berbalik ke Ruang UGD."Maaf Dik,Pak,Bu.Saya dan Tim sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi,Tuhan berkehendak lain.Luna....Sudah dipanggil yang diatas"ucapan dokter barusan,membuat aku dan Orang tua Luna SYOK BERAT.Bahkan,Tante Mutia pingsan tak berdaya.Ucapan Dokter barusan,membuatku Lemas Tak Berkutik.Jantungku terasa mau copot.Air Mata yang Deras menghujani Pipiku.Aku betul-betul tidak menyangka.Akhirnya,aku bertanya pada Papa Luna,apa yang menyebabkan Luna jadi begini."Luna....Sudah lama mengidap Penyakit TYPES STADIUM 4.."Begitulah Jawaban Papa Luna,yang membuatku semakin tak berkutik sama sekali.Rasanya,Dunia sudah kiamat.Keesokannya,Luna pun dimakamkan.Aku terus menerus menangisi peristiwa ini."Ya Tuhan....Mengapa aku sejahat ini padanya...??? Aku....Gak pernah menyangka sama sekali...kalau kemarin itu,Sunset Terakhirku bersamanya..."Batinku sambil terus menangis terisak penuh penyesalan.

Cerpen inilah jalan cinta ku

"Ada apa lo minta ketemuan?",kataku to the point,ketika Aray datang menghampiri ku yang sedang duduk di sebuah kafe yang tidak jauh dari lingkungan kost-kostan,alias kampusku tercinta. Ya,aku ngekost,karena aku kuliah di luar kota dan rumah ku di Jakarta. "Ada yang perlu gue bicarain sama lo,Ga!",Aray duduk didepanku. "Tapi jangan disini,cari tempat lain aja yuk?",katanya lagi. Aku menoleh ke kanan-kiri,depan-belakang. "Emangnya kenapa kalau disini?",kataku cuek sambil terus makan cemilan yang aku pesan saat menunggunya. ''Ya kurang privacy aja,Ga...",katanya singkat. Aku diam,merasa ada yang aneh,ada apa sebenarnya dengan cowok dihadapanku ini? "Udahlah,males gue kemana-mana,nggak rame juga kok,cepetan...ada apa sih?",kata ku tidak sabaran. "Gue mau bicara tentang hati!",katanya. "Hati?siapa Hati?",kataku. Yang ada dipikiranku saat itu,Hati adalah nama orang. "Hati gue,bukan Hati nama orang,Ga...",Aray mulai geregetan melihat tingkahku yang acuh tak acuh. "Ooohhh...hehehe...",kataku terkekeh. "Emang hati lo kenapa?",kataku cuek,benar-benar bukan berarti aku bego,atau pura-pura bego,tapi aku memang tidak peduli sama sekali. "Udah lama gue pengen ngomong ini sama lo,tai karena kita baru akrab,yaa...gue rasa baru kali ini waktu yang tepat...",katanya diam sejenak.. "Hmm...teruuss??",kataku menunggu kata-katanya lagi. "Gue suka sama lo Ga!",katanya tegas. Aku hanya diam,bingung mau bicara apa. "Emm...",aku garuk-garuk kepala cari jawaban. "Lo serius?",kata ku,yah,cuma itu kataku. "Iya,gue serius Ga,nggak tahu apa yang bikin gue suka sama lo yang cuek banget dan tomboy,tapi,ya ini perasaan gue,gue suka sama lo,dan gue pengen lo jadi pacar gue,lo maukan?",katanya. Aku diam sejenak,memikirkan jawaban yang terbaik. dalam hati ku 'nggak usah ditegasin juga kali kalau gue orangnya cuek dan tomboy?please dyh...' "Mmm...sebelumnya gw terima kasih lo udah suka yah sama gue?tapi,gue nggak bisa jawab sekarang...gue butuh waktu...",kata gue melihat wajahnya,aku akui,dia memang tidak jelek,bahkan banyak cewek-cewek dikampus naksir sama Aray,secara dia anak UKM seni gitu... "Kenapa nggak lo jawab aja sekarang?gue butuh jawaban lo sekarang...apa lo nggak percaya sama gue?",katanya mulai curiga. "Loh loh loh...bukan gitu maksud gue,gue nggak bisa jawab sekarang aja,gw bener-bener butuh waktu Ray,gue nggak mau gegabah atas jawaban yang gue ambil hari ini,dan nantinya takut nggak baik buat kita...",kata gue menjelaskan sebisanya. "Lo harus ngerti,ini bukan main-main lagi,kita udah dewasa,gue rasa lo ngertikan?",kata aku lagi menjelaskan. "Sampai kapan gue harus nunggu,jangan lama-lama ya?",katanya. "Gue nggak bisa pastiin berapa lama,dan gue nggak tahu?tapi,gue nggak inta lo nunggu gue...",kata ku tegas. Kami berdiam sesaat. "Ya udah,kalau gitu,gue pulang duluan ya?bye Ray.",kata aku lalu pergi meninggalkannya. "Gue anterin ya?',cegahnya. "Nggak usah Ray...makasih,gue bisa sendiri kok..deket dari sini,ya kan?",kataku tersenyum padanya. Aku berjalan meninggalkan cafe itu. *** Sudah sekitar 3 minggu setelah Aray menyatakan perasaannya waktu itu,kami masih saling bertegur sapa ddan juga jalan dan berkumpul dengan teman-teman yang lain. Ya,karena kami satu organisasi di UKM seni dan juga BEM. Komunikasi diantara kami baik-baik saja,seseklai Aray menghubungiku sekedar basa-basi,atau berbicara hal-hal yang tidak penting. "Lo udah kasih jawaban sama Aray?",tanya Cecil disela-sela mata kuliah kosong,dikantin siang itu,ia teman yang juga sering berkumpul bersama kami,aku memang dekat dengannya. "Belom...",jawabku singkat. "Lo serius belum jawab sama sekali?kenapa?lo nggak suka sama dia,atau cuma nguji aja?",kata Cecil,pertanyaannya cukup membuatku "tersenggol" atau tersindir. Aku diam dan menatap Cecil. "Gue punya pertimbangan kenapa gue ngelakuin ini,lo pasti tahu apa yang lagi gue pikirin...dan gue nggak perlu bilang juga sama lo kan?",kataku tegas, dan melanjutkan makan cemilan didepanku. "Yaahh..terserah lo deyh Ga...lo yang tahu mana yang terbaik dan yang nggak buat lo,ya kan?gue dukung dyh apa yang jadi pilihan lo.",kata Cecil menyerah mendesakku. "Gitu dongg...jadi sahabat yang baik,ya harus saling mendukung,ya kan?",kata ku menyenggol badannya yang langsing itu,cukup membuatnya hampir jatuh. "Aduh!sadar dong woy,tenaga kuli gitu...dasar bencong..",ledeknya. "Resek!cewek tulen ini...",kataku terkekeh. *** "Aduuhhh...ngapain sih lo berdua ngajak-ngajak gue buat pergi?ke Mall lagi,kalau nggak penting dan nggak jelas nggak usah ajak-ajak gue akhh....",kata ku BT. Gimana nggak BT,hari minggu,hari dimana gue tidur di kostan,males-malesan,nonton dvd,makan cemilan,online,atau ngerjain tugas kampus,ini malah diajak ke Mall,dan nggak tahu ada urusan apa? "Bawel ya nenek lampir satu ini,kita lagi mau cari kado buat ultahnya si Meimei besok...",kata Cecil menjelaskan. "Yaudah,kenapa nggak lo berdua aja yang cari?kenapa ngajak gue?atau ajak si Aray,atau yang lain kek.",kata ku tetap BT,melihat Cecil dan Rino,teman sepermainan kami juga. "Kita tahu lo pasti jga belum beli kadonya kan?diem aja dyh,ntar kita makan enak,gue udah dapet kiriman nyh...hehehe...lagian si Aray lagi pergi sama temennya katanya",kata Rino membujukku. Sial! dia memang ahlinya membujuk orang,apa lagi soal makan,aku pasti tidak menolak. "Penjilat woooo...",kataku memukul lengan Rino. "Tapi mau kan?hahahaha...",kata Rino menjitak kepalaku. "Maulah,gretongan gituuu....hehehe...",kataku terkekeh senang. Cecil hanya tertawa melihat tingkah kami. Akhirnya kami mulai melajahi setiap toko,mulai dari toko baju,tas,sendal,pernak-pernik,toko buku,restoran (yang ini karena kita lapar,tenaga habis untuk keluar masuk setiap toko) "Akhhh...akhirnya dapet juga kan,capeeekk...",kataku memukul-mukul kakiku. "Iya,lumayanlah,moga aja Meimei suka sama hadiah dari kita,eehh...lapeeerrr nyh No...",kata Cecil memelas ke Rino. Saat itu kami duduk disebuah foodcourt,dan melihat sekitar,menimbang-nimbang akan makan apa. Tetapi tiba-tiba mataku tertuju pada satu sosok yang aku kenal,aku menegaskan lagi,karena mata ku memang sudah agak rabun,hehehe... "Lo liat apaan sih,Ga?"kata Rino mengikuti arah pandang ku ke sosok yang sedang aku pandangi. "Ituuu...Aray yah?",kata Cecil yang menebak duluan,dibanding terkaan ku dan juga Rino. "Jadi bener ya penglihatan gue itu Aray?",kata ku meminta penjelasan Cecil,dan Cecil mengangguk dan Rinopun juga. Yang aku lihat adalah,Aray sedang berjalan dengan cewek lain,dan cewek itu merangkul lengan Aray,mereka sedang melihat menu makanan di foodcourt tempat kami juga sedang duduk. "Udah biar...", "ARAY!!", panggil Rino kenceng,sebelum aku menyelesaikan kalimatku untuk bilang 'udah biarin aja...'Yang dipanggil pun celingak-celinguk,dan kahirnya menemukan kami yang duduk tidak jauh dari tempat Aray berdiri. Aku tidak melihat raut wajahnya,dan aku tahu Cecil pun tahu apa yang aku pikirkan. "Hai,kok lo pada disini?",kata Aray saat menghampiri kami. Aku dan Cecil hanya diam dan tersenyum,dan cewek itupun tersenym dengan kami juga. "Cieee..ke pergok yah sama kita?punya pacar nggak bilang-bilang kita nyh..nggak dikenalin pula?",kata Rino meledek. "Sialan lo!Oh ya,kenalin ini Tika...",kata Aray mengenalkannya pada kami.Kami pun menyalaminya. "Pacarnya Aray ya?kenalin gue Mega,temen kampusnya...",kataku tersenyum. "Iya,salam kenal ya...",katanya tersenyum juga. Sekilas aku melihat wajah Aray,terlihat raut mukanya tidak enak. "Gabung aja lah sama kita,kita juga baru mau pesen makanan kok,ya nggak?",kata Rino semangat. "Semangat banget deh lo?",ledek Cecil mencairkan suasana,sambil matanya melirik padaku,dan akupun tersenyum,mengerti maksudnya. Akhirnya kami memesan makanan masing-masing dan duduk berbincang bersama,tapi entah kenapa,persaanku biasa saja... *** TOK TOK TOK... "Woiiii banguun wooyyy...udah siang,kebo banget sih lo?",pintu kamarku diketok-ketok dari luar,aku malas sekali bangun dari tempat empuk kesukaanku itu. "Akkhhhh..berisiikk banget sih akhhh..siapaa??"kataku menutup kuping dengan bantal. "Ini Ceciill,Megaa sayangg...ayo bangun akh,kepluk banget sih lo?udah jam 10 nyh..."katanya tetap menggedor-gedor pintu kostanku. Akhirnya dengan malas-malasan aku beranjak juga dari tempat tidurku. "Apa??!!",kataku kesal saat buka pintu. Cecil berdiri depan pintu smabil membawa sebungkus bubur ayam. "Bubur yah?buat gue kan?mauuu...",kataku ingin menariknya dari tangannya. "Eits,enak ajaa...hiysh,bau banget sih lo jadi cewek,sana mandi dulu,atau sikat gigi,baru gue kasih nyh buat lo!cepetan,gue tunggu di ruang tamu,ada Rino sama Aray juga.",katanya lalu berlalu. "Aray?"kataku bergumam. *** "Baik banget sih kamu Cecil bawain aku bubur pagi-pagi gini?tapi mau pada ngapain sih lo?",kataku sambil meyantap Bubur ditanganku. "Bangunin orang kepluk kayak lo lah,sekalian kita mau ngajak lo jalan lagi!"kata Rino semangat. "Jalan?lagi?kemanaaa..?males akh kalau nggak jelas,mendingan gue tidur dikostan..."kataku cuek. "Tidur mulu lo pikirin,gebrot lo lama-lama."Ledek Cecil "Yee...gue kan dibantu olah raga,emang elu?",kataku meledek balik.Aku kemudian melihat kearah Aray yang sedari tadi cengar-cengir melihat ocehan kami. "Kalau lo Ray?mau ngajak gue juga?bareng komplotan penjelajah nggak jelas ini?",kataku menegornya. Dia menoleh kearah ku,ingin mengatakan sesuatu tapi enggan. "Mmmm..No,anterin gue yuk bentaran ke depan.",kata Cecil tiba-tiba menyeret lengan Rino. "Hah?mau ngapain?sendiri aja sana...",kata Rino menolak. "Aaaaahhh..nggak maauuu..ayo udha ikut!",Cecil semakin kencang menarik Rino,akhirnya yang ditarik mau juga. Aku hanya melihatnya cuek,aku tahu Cecil sengaja meninggalkan kami,biar enak saling bicara. "Tuh,mereka udah pergi,ada yang mau diomonginkan?",kataku lagi to the point. "Lo emang selalu to the point yah?",ledek Aray,dia terdiam sejenak,dan aku juga menunggu dia bicara. "Gue nggak bisa terima lo,dan gue rasa lo tahu kan alesannya?",kataku duluan memulai. "Yaa...Gue minta maaf sama lo,gue udah jadian sama cewek lain,tanpa sepengetahuan lo...dan yang pasti,gw terlalu egois nggak mau nunggu jawaban dari lo."katanya "Gue tahu gue salah,seharusnya gue,mastiin sekali lagi,apa jawaban lo untuk gue?bukannya malah nunggu lo yang dateng ke gue...dan akhirnya gw terlalu pengecut,dan memilih ngelepas lo untuk orang lain." katanya lagi. Aku hanya diam mendengarkannya. "Terus,lo nyesel?",kata ku to the point lagi. Aray menatap ku,dan kau menatapnya dengan tegas. "Bukan maksud gue untuk nguji lo,minta lo kasih gue waktu untuk ngejawab,bukan berarti gue plin plan,tapi gue butuh pertimbangan,karena menurut gue,nggak sembarangan bilang suka atau cinta,kita bukan lagi anak SMP yang bilang suka lalu jadian,tapi gue butuh komitmen,dan itu nggak sembarangan.",kata ku tegas. "Gue tahu gue juga jahat sama lo,minta lo kasih gue waktu,tapi gue nggak kasih batas tenggangnya,tapi itu cara gue,gue mau kita bener-bener yakin sama perasaan kita,kalau ini bukan sekedar main-main,dan gue juga pernah bilang kan sama lo kalau gue nggak minta lo nunggu gue..."kataku panjang lebar. "Jadi gue rasa,kita emang cocok jadi teman aja,karena,kalau kita teman,pasti nggak akan putus,ya kan?dan gue seneng kok lo punya pacar,dia cantik,dan kayaknya sayang sama lo..." kata ku tersenyum dan menggenggam tangan Aray. Aray melihatku dan terseyum,meletakkan tangan kanannya diatas punggung tangan kananku. "Makasih ya Ga?gw bener-bener inta maaf,dan gue harap,lo bisa dapetin yang terbaik..."katanya mengelus rambutku. "Amieennn..makasih yaaa..hehehe"kataku "EHM,ada yang lagi suasana metal gini sih?melow total...",kata Rino tiba-tiba didepan kami. "Iri kan lo?"kata Aray meledek, "Nggak laku-laku gitu tuh,siri sama orang..."kata Aray lagi. "Sialan.....",Rino memukul pundak Aray. "Eh,jadi nggak sih kita pergi?gue mau dyh....berangkat yuk?!",kataku semangat. Rino,Cecil,dan Aray menatapku heran. "Kenapa sih?malah pada bengong lagi,ayoo berangkat...",kataku serru. "Eh,berangkat sih berangkat,muka lo tuh masih penuh danau kering,jijik juga gue jalan sama lo kucel begini?",kata Cecil mendorongku. "Mandi sanaa..."kata Rino. Aku tertawa dan cepat-cepat masuk untuk mandi. *** "Lamaaaa woooyyy Megaaaa....cepetan dong!",teriak Rino yang tidak sabaran. "Iya iyaaa..bawel dyh lo bencoonggg...",kataku meledek. Sambil memakai sepatu vans ku. "Berang-berang dimakan hiu,berangkat yuuukkkk....",kataku memantun jayus. Sambil melangkah keluar gerbang kost-kostan.Mereka bertiga mengikutiku sambil tertawa melihat tingkahku.Yah,aku rasa,memang tidak ada salahnya kita bersikap tegas dan punya prinsip dalam hidup,agar semua jadi bisa berjalan dengan baik,tapi tentunya dengan doa dan usaha. Seperti kami,selalu berusaha memberikan yang terbaik sesama teman,dan saling mendoakan yang terbaik untuk masing-masing.

Cerpen sahabat ku,masih ingatkah padaku???

"Ify.. Benar nih gak mau aku antar pulang?" tanyaku cemas kepada sahabat terbaikku itu.

"Gak apa2 Yo.. Hari ini aku ada urusan sama Ayah. Kami mo pergi ke suatu tempat." jawab Ify lembut seraya tersenyum.

"Kemana fy?" tanya Rio penasaran.

"Rumah Sakit.."

*****

"Apa?! Kamu pasti bohong kan fy! Kamu gak pernah bilang-bilang tentang penyakitmu!" aku mendorong meja didepan saking kagetnya dg statement Ify.

"Maaf. A.ku.. aku cuma nggak mau kamu sedih.. ka.. kalau.. kalau tiba saatnya aku pergi…"

"NGGAK!"

"Tapi…"

"….."

Aku sedang terlarut dalam pikiranku saat butiran-butiran air mata itu menemani perjalanan pulangku dari Rumah Sakit ke Rumah. Tapi aku tidak peduli. Aku tidak peduli walaupun kini aku sudah mulai kedinginan.

Yang kupikirkan hanyalah Ia. Hanya Ify.

"Umurnya tidak akan lama lagi." dokter yang merawat Ify mengatakan hal itu padaku. Aku benar-benar tidak percaya. Atau mungkin tak ingin percaya. ify, sahabatku yang ku kenal sejak TK itu akan tiada lagi di dunia ini.

Aku sedih melihat nasib sahabatku itu yang dari dulu selalu saja mempunyai masalah. Ibu dan adiknya sudah tiada. Hanya Ayah-nya-lah yang merawat Ify sekarang. Tapi, tidak lama lagi Ayah-nya akan pensiunan. Padahal penyakit Ify itu sudah sangat kronis dan memerlukan biaya yang sangat besar.

Tuhan, mengapa nasib makhluk-Mu selalu.. selau saja seperti sinetron, yang selalu ada halangannya.

"Ify….!" kataku langsung memeluknya. Setiap hari aku menjenguk Ify. Sudah tiga minggu lamanya Ify berbaring di Rumah Sakit. Syukurlah keadaannya mulai membaik.

"Ah., Rio… terima kasih selalu menjengukku…" ucap Ify dengan senyum yang menghiasi bibirnya. Ia terlihat cantik.

"Ya udah deh, kamu mau kuajak ke suatu tempat nggak?"

"Kemana?"

"Ada deh! Mau nggak?"

"Iih.. kemana sih..?"

"Nanti juga kamu tahu! Yang pasti kamu akan suka tempatnya. Aku janji! Mau nggak?"

"Iya deh, tapi ijin dulu ama Ayahku, sama Suster, sama Dokter."

"Iya… gampang. Aku udah ijin. Tinggal kamu doang. Mau atau nggak?"

"Ng.. aku mau! Kalau sama Rio aku percaya! Pasti tempatnya bagus!

"Baiklah! Tanggal 6 Desember ya! Jam 19.00!"

"Malam ulang tahunku?"

"Yap!"

"Aku kan nggak boleh keluar malam-malam, apalagi nanti turun hujan.. "

"Ify.. jangan plin-plan begitu dong… tadi katanya mau.. dokter aja bolehin… mau ya..? please.." pintaku memohon padanya.

"Iya." akhirnya Ify meng'iya'kan. Tapi keliatannya Ia masih ragu.

"Jangan ragu-ragu… ada aku kok yang akan ngelindungin kamu.."

"Sungguh?"

"Ya!" aku meyakinkannya.

"Oke! Aku akan dandan yang cantik buat tanda terima kasihku untuk Rio!" suara Ify terdengar riang.

"Yeee.. aku juga bisa dandan yang ganteng buat Ify!" kataku tak mau kalah darinya. Kami pun tertawa bersama.

"Hmm.. Rio, kita begini selamanya ya…"

"Maksud kamu?"

"Iya, kita berteman terus untuk selamanya."

"Teman? Jadi kamu hanya menganggapku sebatas teman?"

"Ehh..?"

"Aku kan sahabatmu! Sahabatmu!"

"Ah, iya… Kita bersahabat terus untuk selamanya ya.."

"Tentu!" aku tersenyum padanya. Ify pun juga tersenyum padaku.

Sepulang dari rumah sakit, kali ini aku tidak langsung pulang ke Rumah. Aku ingin membeli sesuatu untuk hadiah ulang tahun Ify.

"Kurasa ini cocok untuknya.." gumamku. Aku sudah mendapatkan hadiah yang cocok untuk sahabatku itu. Aku sgera berjalan pelang menuju ke Rumah.

Aku tahu Ia sakit sejak dulu. Aku tahu jika Ia terlalu kelelahan Ia akan langsung dilarikan ke Rumah Sakit. Tapi baru-baru ini aku baru tahu entah sampai kapan umurnya untuk hidup. Aku memang tidak seperti Ify. Aku sehat. Dan dari kesehatanku itulah aku ingin membahagiakan Ify.

Tuhan, kumohon, kumohon berikan aku kesempatan untuk membahagiakannya, membahagiakan Ify. Kumohon…"

Tanggal 6 Desember pun tiba. Jam 19.45 aku menjemput Ify. Lalu kami pergi ke suatu tempat dengan mobilku.

Kami turun dari mobil. Terlihat bukit kecil dengan anak tangga yang bisa ditanjaki.

"Hmm. Rio. Apa kita sudah sampai?" tanya Ify padaku dengan wajah yang terlihat heran, tapi terlihat lucu.

"Belum, Ify." jawabku pendek. Aku menggandeng tangan Ify. Menuntunnya mendaki bukit kecil ini dengan anak tangga yang ada. Tak mengubriskan Ify yang masih keheranan.

"Kita sampai,Ify." dari puncak bukit ini terlihat pohon cemara besar yang telah dihiasi oleh hiasan pohon cemara. Tempat ini sepi. Sepertinya baru sedikit yang mengetahui tempat ini. Hanya ada kami berdua di tempat ini.

Langit dipenuhi bintang-bintang dan senyuman bulan sabit menghiasinya.

"Wah.. indah baget Rio…" Ify sangat senang. Binar matanya memancarkan rasa kagumnya atas pemandangan indah yang dilihatnya.

Tuhan… kumohon jangan pisahkan kami. Aku masih ingin bersama Ify. Masih ingin melihat senyumnya.

"Hmm.. Rio.." suara Ify yang memanggil namaku itu membuyarkan lamunanku.

"Ya, Ify?" tanyaku.

"Mau berjanji padaku?"

"Janji?" tanyaku lagi. Tak mengerti apa maksudnya.

"Berjanjilah, jangan lupakan aku!"

*****

Aku memandang bintang-bintang yang bertaburan dilangit. Seperti senyuman Ify semalam.

"Sahabatku.." gumamku dalam hati.

Aku tersadar dari lamunanku oleh bunyi lagu D'Bagindas - tak seindah malam kemarin sebagai ringtone handphone ku. Saat kulihat, itu dari Ayahnya Ify. Langsung saja kuangkat.

"Iya, kenapa Om?"

"Ify lagi kritis. Dari kemaren, abis kamu pulang Dia udah nggak sadarkan diri. Om kira Dia tidur. Tapi sampai sekarang Dia nggak sadarkan diri. Kata dokter sekarang Dia lagi kritis. Sebaiknya kamu kesini, Rio." terdengar jelas suara Om Oni yang bergetar, khawatir pada keadaan anaknya.

"Aku segera sampai ke sana Om!" aku langsung menutup telpon, segera berangkat ke Rumah Sakit.

Sesampainya disana, aku langsung berlari ke kamar tempat Ify di rawat. Kulihat Om Oni sedang menangis, dan alat detektor jantung Ify menunjukkan sebuah garis lurus. Aku tidak percaya Ify telah meninggal. Padahal kemarin kami baru saja mengobrol. Dan aku benar-benar tidak menduga itu adalah senyuman terakhirnya. Dan itu adalah kata-kata terakhirnya, 'Berjanjilah, jangan lupakan aku!' Ia mengatakannya dengan senyum termanisnya.

Tidak! Ify belum meninggal! Dia masih sehat!

Tapi berapa kalipun kulihat, Dia… Dia memang sudah meninggal.

"IFYYY…!" teriakku di sela-sela isak tangisku.

Tuhan… kenapa Engkau memisahkan kami?

****

"Koak.. Koak..

Burung - burung elang berkoar-koar diatas kuburan itu. Langit berubah hitam, mendung. Seakan ikut merasakan perihnya hatiku saat itu.
Sekarang aku sudah berada di samping makam Ify. Disekitarku ada teman-teman serta Ayah Ify satu-satunya keluarga Ify yang masih ada. Dan kini hujan mulai turun. Semakin lama semakin lebat. Mungkin Ify-lah yang memintanya sebagai permintaan terakhir. Aku tahu itu, karna aku tahu kalau ify suka hujan. Hujan yang akan mengantarnya ke Surga, kembali pada yang Kuasa.

Orang-orang mulai pergi, dan yang tetap berdiri disini hanyalah aku.

"Ify.. kenapa kau pergi secepat ini? Maafkan aku.. aku nggak bisa ngebahagiain kamu di saat terakhir.. aku datang terlambat di saat detik-detik terakhir hidupmu.. maafakan aku Ify…" aku terduduk di samping makam Ify.

Aku menatap langit, dan berkata dalam hati, 'Ify, aku janji tidak akan melupakanmu. Sampai kapanpun, selamanya, kau akan selalu di hatiku. Kau akan kuingat sebagai orang terbaik yang pernah kutemui, dan orang terhebat yang pernah kutemui, itulah dirimu, Alyssa Saufika Umari…'

"Selamat jalan..."


***

Tak tertahan luka ini
Ku menangis tak kuasa
‘tuk menahan pedihnya hatiku

Tanpa ada kata kau meninggalkanku
Menyisahkan luka dihatiku
Betapa sakitnya relung batinku
Merasakan hilangnya cintamu

Malam ini tak seperti
Malam kemarin saat kau peluk aku
Malam ini tak seperti
Malam kemarin saat kau bersamaku
Malam ini tak seindah
Malam kemarin

Jiwa ini tak menduga
Bila ku harus kehilanganmu

Malam ini tak seperti
Malam kemarin
Malam ini tak seindah
Malam kemarin

Kamis, 03 Juni 2010

Asal usul Valintane day

White Day (ホワイトデー Howaito dē ?) (bahasa Indonesia: Hari Putih) adalah hari memberi hadiah untuk wanita yang jatuh tanggal 14 Maret. Perayaan ini berasal dari Jepang dan bukan tradisi Eropa atau Amerika. Hadiah berupa marshmallow atau permen diberikan sebagai balasan atas hadiah cokelat yang diterima pria sebulan sebelumnya di Hari Valentine. Di zaman sekarang, hadiah yang diberikan untuk wanita yang disenangi dapat berupa bunga, saputangan, perhiasan, atau barang-barang lain yang disukai wanita.

Pertama kali dirayakan tahun 1980 di Jepang, perayaan ini sekarang juga dirayakan di negara Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Indonesia. Perayaan Hari Putih berawal dari strategi koperasi produsen permen Jepang yang ingin meningkatkan penjualan permen. Bahan baku permen adalah gula yang berwarna putih sehingga disebut Hari Putih. Ide perayaan diambil dari "Hari Marshmallow" yang merupakan acara promosi kue marshmallow Tsuru no ko yang diadakan toko kue di kota Fukuoka.

Asal-usul

Di Hari Valentine, wanita dari berbagai kelompok umur di Jepang memiliki tradisi memberi hadiah cokelat kepada pria yang disenangi, teman sekolah, rekan kerja, pacar, ayah, atau suami. Pria yang menerima cokelat berkeinginan membalasnya, dan niat ini disambut pedagang permen di sekitar pertengahan tahun 1970-an dengan mencetuskan ide "hadiah balasan" berupa kue kering, marshmallow, atau permen.

Strategi penjualan permen sebagai "hadiah balasan" ternyata berhasil meningkatkan angka penjualan, sehingga koperasi produsen permen nasional wilayah Kanto menetapkan 14 Maret sebagai Hari Putih. Di tahun 1978, koperasi produsen permen menciptakan slogan untuk Hari Putih sebagai "hari untuk mengirim permen". Setelah dipersiapkan selama 2 tahun, perayaan Hari Putih yang pertama dilangsungkan secara nasional di Jepang pada tahun 1980.

Sejarah Nama Indonesia

Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara Indocina dan Australia dengan aneka nama.

Kronik-kronik bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai ("Kepulauan Laut Selatan").

Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara ("Kepulauan Tanah Seberang"), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa ("Pulau Emas", diperkirakan Pulau Sumatera sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu sebagai Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab, luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "orang Jawa" oleh orang Arab, termasuk untuk orang Indonesia dari luar Jawa sekali pun. Dalam bahasa Arab juga dikenal nama-nama Samathrah (Sumatera), Sholibis (Pulau Sulawesi), dan Sundah (Sunda) yang disebut kulluh Jawi ("semuanya Jawa").

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang", sementara kepulauan ini memperoleh nama Kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau Hindia Timur (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang kelak juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).

Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda). Pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini.

Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "Insulinde", yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam bahasa Latin "insula" berarti pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal abad ke-20.

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur")), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris):

"... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"".

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan Srilanka saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago ("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian Archipelago ("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. [1]

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):

"Mr Earl menyarankan istilah etnografi "Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka istilah geografis murni "Indonesia", yang hanya sinonim yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia"

Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. [1]

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel ("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu") sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Nama Indonesisch (pelafalan Belanda untuk "Indonesia") juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch ("Hindia") oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander ("pribumi") diganti dengan Indonesiër ("orang Indonesia").

Politik

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu. [1]

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,

"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia-Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesiër) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesië diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Permohonan ini ditolak.

Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia-Belanda". Pada tanggal 17 Agustus 1945, menyusul deklarasi Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah Republik Indonesia.

Simbiosis

Simbiosis berasal dari bahasa Yunani sym yang berarti dengan dan biosis yang berarti kehidupan. Simbiosis merupakan interaksi antara dua organisme yang hidup berdampingan.

Simbiosis merupakan pola interaksi yang sangat erat dan khusus antara dua makhluk hidup yang berlainan jenis. [1] Makhluk hidup yang melakukan simbiosis disebut simbion[1].

Ada beberapa bentuk simbiosis yakni:

  • Simbiosis parasitisme adalah di mana pihak yang satu mendapat keuntungan dan merugikan pihak lainnya. Contoh:
    • Tanaman benalu dengan inangnya
    • Tali putri dengan inangnya
    • cacing perut dan cacing tambang yang hidup di dalam usus manusia[1]
  • Simbiosis komensalisme adalah di mana pihak yang satu mendapat keuntungan tapi pihak lainnya tidak dirugikan dan tidak diuntungkan. Contoh:
    • Ikan badut dengan anemon laut
    • Tumbuhan pakis dengan anggrek dan tumbuhan inangnya.
  • Simbiosis Amensalisme, yaitu saat satu pihak dirugikan dan pihak lainnya tidak diuntungkan maupun dirugikan.[2]
  • Kompetisi, di mana kedua pihak saling merugikan, biasanya terjadi melalui kompetisi dalam memperebutkan makanan.[2]
  • Simbiosis netralisme, dimana kedua pihak tidak saling diuntungkan maupun dirugikan. Interaksi antar kedua spesies tidak menyebabkan keuntungan maupun kerugian bagi keduanya.[2]

Simbiosis dapat dibedakan menjadi dua kategori berbeda.